Siapa yang pernah mendengar perumpamaan "time is money"? Angkat tangan kalian tinggi-tinggi. Yak. Bau ketek. Artinya semua pernah. Baik.
Sebagai manusia yang hidup di ibukota, penulis merasakan sendiri betapa berharganya setiap menit yang penulis miliki. Betapa berharganya satu menit bagi penulis untuk memejamkan mata sejenak setelah begadang semalaman mengerjakan tugas sekolah. Betapa berharganya satu menit bagi seorang anak untuk mendengar suara ayahnya lewat telepon penjara karena ayahnya merampok seorang ibu-ibu di pasar untuk membelikan anaknya seragam sekolah. Betapa berharganya satu menit bagi seorang dokter untuk menghidupkan pasiennya yang terkena aneurisme otak parah yang hendak meledak pembuluh darahnya. Betapa berharganya satu menit bagi sepasang kekasih yang mencuri-curi waktu di tengah kesibukannya masing-masing, sembunyi-sembunyi dari orang tua mereka karena tidak direstui hubungannya, untuk melepas rindu.
Penulis pernah membaca suatu novel karya Sophie Kinsella, yang menceritakan tentang seorang perempuan muda bernama Samantha yang bekerja di suatu perusahaan yang mewajibkan karyawannya untuk mencatat apa saja yang sudah berhasil diselesaikan karyawan itu setiap 6 menit. Setiap 6 menit, upahnya adalah $20. Kalikan 10. $200. Dalam satu jam. Pada konteks ini, time is money. Tidak ada karyawan perusahaan itu yang tidak melakukan apa-apa. Karena jika berdiam diri 1 jam saja, sudah $200 yang seharusnya masuk kantor mereka, melayang pergi. Mereka menjadi buta akan makna waktu yang sebenarnya, yang tidak hanya diukur oleh banyaknya dollar yang akan mereka terima.
Maka saran penulis, jangan pernah menyamakan time dengan money. Waktu adalah sesuatu yang sifatnya kekal, mutlak, irreversable. Butir-butir yang sudah bergulir tidak akan pernah bisa kembali. Setiap tahun, bulan, hari, jam, menit, dan detiknya berharga. Yang membuatnya berharga adalah kisah yang terkandung dalam tiap butirnya. Fakta bahwa semua kejadian yang sudah direnggut waktu tidak bisa diulang kembali membuat waktu menjadi sesuatu yang sangat berharga. Apalah arti uang jika dibandingkan dengan waktu. Jika kau kehilangan uang, kau tidak akan keberatan mencari uang yang 'baru', asal kau tahu caranya dan bersedia melakukan pengorbanannya. Mereka mencetak uang setiap hari di bank. Uang bisa diwariskan, bisa disumbangkan, bisa dicari lagi ketika hilang. Lantas waktu? Apapun yang kau korbankan, cara apapun yang kau gunakan, kau tidak akan pernah bisa 'menambah' waktu yang kau punya. Ketika bulir waktu sudah bergulir, tidak bisa 'dicari' lagi. Tidak ada pengganti waktu.
Waktu
adalah
waktu.
Sebagai manusia yang hidup di ibukota, penulis merasakan sendiri betapa berharganya setiap menit yang penulis miliki. Betapa berharganya satu menit bagi penulis untuk memejamkan mata sejenak setelah begadang semalaman mengerjakan tugas sekolah. Betapa berharganya satu menit bagi seorang anak untuk mendengar suara ayahnya lewat telepon penjara karena ayahnya merampok seorang ibu-ibu di pasar untuk membelikan anaknya seragam sekolah. Betapa berharganya satu menit bagi seorang dokter untuk menghidupkan pasiennya yang terkena aneurisme otak parah yang hendak meledak pembuluh darahnya. Betapa berharganya satu menit bagi sepasang kekasih yang mencuri-curi waktu di tengah kesibukannya masing-masing, sembunyi-sembunyi dari orang tua mereka karena tidak direstui hubungannya, untuk melepas rindu.
Penulis pernah membaca suatu novel karya Sophie Kinsella, yang menceritakan tentang seorang perempuan muda bernama Samantha yang bekerja di suatu perusahaan yang mewajibkan karyawannya untuk mencatat apa saja yang sudah berhasil diselesaikan karyawan itu setiap 6 menit. Setiap 6 menit, upahnya adalah $20. Kalikan 10. $200. Dalam satu jam. Pada konteks ini, time is money. Tidak ada karyawan perusahaan itu yang tidak melakukan apa-apa. Karena jika berdiam diri 1 jam saja, sudah $200 yang seharusnya masuk kantor mereka, melayang pergi. Mereka menjadi buta akan makna waktu yang sebenarnya, yang tidak hanya diukur oleh banyaknya dollar yang akan mereka terima.
Maka saran penulis, jangan pernah menyamakan time dengan money. Waktu adalah sesuatu yang sifatnya kekal, mutlak, irreversable. Butir-butir yang sudah bergulir tidak akan pernah bisa kembali. Setiap tahun, bulan, hari, jam, menit, dan detiknya berharga. Yang membuatnya berharga adalah kisah yang terkandung dalam tiap butirnya. Fakta bahwa semua kejadian yang sudah direnggut waktu tidak bisa diulang kembali membuat waktu menjadi sesuatu yang sangat berharga. Apalah arti uang jika dibandingkan dengan waktu. Jika kau kehilangan uang, kau tidak akan keberatan mencari uang yang 'baru', asal kau tahu caranya dan bersedia melakukan pengorbanannya. Mereka mencetak uang setiap hari di bank. Uang bisa diwariskan, bisa disumbangkan, bisa dicari lagi ketika hilang. Lantas waktu? Apapun yang kau korbankan, cara apapun yang kau gunakan, kau tidak akan pernah bisa 'menambah' waktu yang kau punya. Ketika bulir waktu sudah bergulir, tidak bisa 'dicari' lagi. Tidak ada pengganti waktu.
Waktu
adalah
waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar