Jurnalistik menjadi minat aku
semenjak SMP dan aku tidak pernah menyangka bahwa minatku ini akan
memberikan pengalaman yang sangat berarti bagi hidupku. Ekskur
jurnalistik kelas 8 mendapat undangan untuk mengikuti lomba
jurnalistik se-DKI Jakarta.
Namun dari antara kami semua,
hanya 4 orang yang bersedia ikut yaitu aku, Gitta, Sandrine, dan
Hanna. Kami membuat sebuah buletin selama liburan kenaikan kelas dan
mengirimkannya ke Dinas Pendidikan. Saat itu kami benar-benar tidak
menyangka dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Ketika sedang ulangan mid kelas
9, Gitta memberi tahuku bahwa kami akan mengikuti lomba di Solo.
Awalnya aku mengira kami hanya akan mengirimkan karya kami ke Solo,
namun dugaanku ternyata salah.
Pada tanggal 1 Oktober 2015,
salah satu guru Bahasa Indonesia-ku yaitu Bu Erna tiba-tiba datang ke
kelasku dan meminta kartu pelajarku. Aku penasaran untuk apa kartu
pelajar tersebut dan pertanyaanku dijawab dengan 4 kata: “Kamu akan
ke Solo.”
Aku langsung melongo dan sama
sekali tidak menyangka. Ternyata kami ditunjuk sebagai wakil dari
provinsi DKI Jakarta, yang secara tidak langsung berarti kami menjadi
pemenang di tingkat provinsi. Otomatis kami akan lomba kembali di
tingkat nasional yaitu Lomba Karya Jurnalistik Siswa 2015.
Surat pemberitahuan lomba sudah
dikeluarkan oleh Dinas dan aku sedikit kaget melihat tanggal lombanya
karena lomba itu diadakan saat kelas aku akan retret. Saat itu aku
bimbang, memilih retret atau lomba. Namun aku pikir ini merupakan
kesempatan emas yang tidak boleh disia-siakan sehingga aku akhirnya
memilih lomba. Lomba kali ini hanya boleh diikuti oleh 3 orang tiap
tim sehingga terpaksa Sandrine tidak ikut namun tetap membantu kami
selama di sana.
Selain itu lomba dilaksanakan
tanggal 5-9 Oktober 2015 yang berarti tinggal 4 HARI LAGI. 4 hari
lagi bayangkan... sedangkan kami belum ada persiapan sama sekali dan
itu sempat membuat kami khawatir.
Salah satu yang perlu kami
siapkan untuk lomba adalah presentasi mengenai buletin yang kami
buat. Lalu dengan waktu yang amat singkat, kami bekerja keras membuat
presentasi dan berlatih mempresentasikannya. Saat persiapan itu, kami
diberi tahu bahwa semua biaya, yaitu biaya transportasi dan akomodasi
dibiayai oleh mereka. Kami sempat kaget karena berarti kami tidak
perlu mengeluarkan biaya apapun. Malam sebelum hari keberangkatan,
perasaanku campur aduk antara cemas dan takut karena akan bertemu
dengan peserta dari seluruh Indonesia. Tapi aku juga sudah tidak
sabar karena ingin merasakan rasanya mengikuti lomba tingkat
nasional.
Lalu hari itu tiba juga. Tanggal
10 Oktober kami terbang ke Solo dari bandara Soekarno-Hatta dan
perjalanan luar kota kali ini terasa berbeda karena untuk pertama
kalinya aku naik pesawat dengan teman dan guru.
Singkat cerita, kami tiba di
sana dan langsung diuji kesabarannya karena harus menunggu sekitar 4
jam untuk masuk ke kamar hotel, seluruh peserta lomba menginap di
Hotel Sunan, Solo. Hari pertama kami masih sekadar berkenalan dengan
peserta dari provinsi lain.
Tapi saat hari pertama saja, aku
sudah mengalami kejadian yang bisa dibilang cukup buruk. Jadi saat
aku pergi ke toilet, aku tidak bisa keluar karena kunci pintunya
sudah aus dan letak toiletnya di pojok gedung dan aku lupa membawa HP
sehingga aku sangat panik. Untung saja akhirnya aku bisa membuka
pintunya dengan menggunakan sedikit trik. Selain itu aku nyaris
terjepit lift dan itu sangat mengerikan, untung saja Hanna dengan
sigap menekan tombol untuk menahan pintu.
Hari kedua merupakan hari di
mana kita presentasi dan kami mendapat urutan nyaris terakhir
sehingga saat menunggu kami benar-benar gugup. Saat menunggu, ada
kejadian yang sangat lucu. Jadi saat berangkat menggunakan pesawat
kemarin, kami sempat membuat kehebohan dengan berteriak kecil karena
kaget pesawatnya seperti mau jatuh.
Ketika akan turun dari pesawat,
aku memang sempat melihat ada sekelompok remaja sedang memperhatikan
kami dan senyum-senyum sendiri. Saat itu saya iseng berpikir:
“Mungkin mereka peserta lomba juga.”
Jadi saat kami menunggu giliran,
tiba-tiba ada peserta lain yang menghampiri kami dan akhirnya kami
pun bercakap-cakap. Mereka berasal dari Tangerang dan tiba-tiba salah
satu dari mereka berkata: “Sepertinya kita naik pesawat yang sama
deh.” Aku pun kaget dan menceritakan tentang kejadian di pesawat
dan akhirnya kami pun tertawa terbahak-bahak karena tidak menyangka
akan bertemu seperti ini.
Ketika giliran kami sudah dekat,
kami berdoa dan akhirnya memulai presentasi, namun salah satu temanku
sempat sangat gugup sehingga membuat kesalahan, tapi untungnya
masalah itu dapat kami atasi. Meskipun begitu, masalah lain pun
muncul, salah satu juri mempertanyakan isi buletin kami yang dianggap
kurang tepat dan ketika kami mencoba menjelaskan tapi jawaban kami
tidak diterima sehingga ketika keluar dari ruangan presentasi kami
menjadi lesu dan tidak lagi berharap akan menjadi juara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar