Aku pun tidak
bisa berhenti tersenyum dan Bu Erna yang saat itu sedang tidak enak
badan, langsung merasa sehat saat tahu kami menang. Berita kemenangan
kami pun langsung menyebar cepat, guru-guru dan teman-teman memberi
selamat kepada kami. Kami juga langsung menelpon keluarga
masing-masing.
Akhirnya dalam
hidupku, aku bisa memenangkan lomba nasional, mendapatkan medali emas
dan membanggakan banyak orang. Ini merupakan pencapaian terbesar
dalam hidupku. Tapi keberhasilan ini tidak akan dicapai bila tidak
ada dukungan dari semua pihak terutama guru jurnalistik kami yang
telah membantu kami dengan sekuat tenaga.
Setelah itu
lomba resmi ditutup dan keesokan harinya kami pergi ke Keraton
Surakarta, Lokananta, dan berkeliling Solo. 5 hari di sana sangat
menyenangkan dan aku secara pribadi tidak dapat mengungkapkannya
dengan kata-kata.
Sekitar
sebulan kemudian, sekolah mendapat panggilan dari Dinas Pendidikan
DKI Jakarta. Kami sebagai peraih medali akan diberi apresiasi. Oleh
karena itu kami pergi ke Dinas Pendidikan dan bertemu dengan Kepala
Dinas SMP dan berbincang-bincang dengan beliau. Lalu beliau juga
menyampaikan sesuatu yang tidak kusangka; jadi Dinas Pendidikan DKI
Jakarta memberikan apresiasi kepada kami berupa beasiswa jalur
prestasi. Kami bebas memilih untuk bersekolah di SMA Negeri manapun
di Jakarta, istilah mudahnya, kami langsung diterima di seluruh SMA
Negeri di Jakarta.
Saat mendengar
hal tersebut, aku sempat tidak percaya karena walaupun aku tidak
berminat untuk bersekolah di sekolah negeri, tapi bagiku itu adalah
sebuah kehormatan besar.
Selain itu
sebenarnya nama kami akan disebut saat apel di Dinas, tapi karena
keterbatasan waktu, rencana itu batal. Meskipun begitu, kami tetap
berterima kasih atas perhatian pemerintah terhadap pencapaian kami.
Aku, Gitta,
dan Hanna tidak mengikuti retret wajib kelas 9 karena lomba
jurnalistik akhirnya diberi hadiah istimewa, yaitu retret dengan
Suster Windhi, kepala sekolah SMP.
Retret
dilaksanakan di Biara Santa Ursula sehingga aku cukup tidak sabar
karena jarang ada murid yang diijinkan untuk masuk apalagi menginap
di biara. Di sana kami mengenal banyak Suster dan berbagi cerita
dengan mereka, kami juga tetap melakukan retret dengan cara refleksi,
permainan dan lain-lain sehingga retret kami ini, walaupun hanya
bertiga namun tetap memiliki arti yang sama dengan retret kelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar